WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
SATU
Warung nasi Mbok Sinem kecil. Tapi tamunya selalu penuh dari pagi sampai malam. Lezat makanannya terkenal sampai ke mana-mana. Siang itu banyak orang bersantap di sana. Para pengunjung begitu selesai makan cepa-cepat embayar dan pergi. Mereka seperti mengawatirkan sesuatu. Tapi nyatanya mereka tidak pergi begitu saja melainkan tegak di bawah pohon tak jauh dari warung. Orang-orang ini sengaja berdiri di sini, memandang warung, epertinya ada sesuatu yang mereka tunggu dan hendak mereka saksikan.
"Kalau Singa Gurun Bromo berani muncul, dia tak bakal lolos!" berkata seorang lelaki muda berbadan langsing. Setelah menyedot rokok kawungnya dalam-dalam dia melanjutkan.
"Seharusnya dia tak perlu datang ke Kuto Inggil ini. Ah, mengapa dia berlaku setolol itu."
"Bagaimanapun Kuto Inggil adalah kampung halamannya. Tempat dilahirkan. Walau ayah dan ibunya sudah tak ada, tak ada sanak tak ada kadang, mana mungkin dia melupakan Kuto Inggil!" menyahuti kawan lelaki muda tadi.
Orang ketiga ikut bicara.
"Enam tahun dia menghilang. Kalau dia berani muncul p
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #66 : Singa Gurun Bromo Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Read More
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
SATU
Warung nasi Mbok Sinem kecil. Tapi tamunya selalu penuh dari pagi sampai malam. Lezat makanannya terkenal sampai ke mana-mana. Siang itu banyak orang bersantap di sana. Para pengunjung begitu selesai makan cepa-cepat embayar dan pergi. Mereka seperti mengawatirkan sesuatu. Tapi nyatanya mereka tidak pergi begitu saja melainkan tegak di bawah pohon tak jauh dari warung. Orang-orang ini sengaja berdiri di sini, memandang warung, epertinya ada sesuatu yang mereka tunggu dan hendak mereka saksikan.
"Kalau Singa Gurun Bromo berani muncul, dia tak bakal lolos!" berkata seorang lelaki muda berbadan langsing. Setelah menyedot rokok kawungnya dalam-dalam dia melanjutkan.
"Seharusnya dia tak perlu datang ke Kuto Inggil ini. Ah, mengapa dia berlaku setolol itu."
"Bagaimanapun Kuto Inggil adalah kampung halamannya. Tempat dilahirkan. Walau ayah dan ibunya sudah tak ada, tak ada sanak tak ada kadang, mana mungkin dia melupakan Kuto Inggil!" menyahuti kawan lelaki muda tadi.
Orang ketiga ikut bicara.
"Enam tahun dia menghilang. Kalau dia berani muncul p
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #66 : Singa Gurun Bromo Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu